Bali Hadapi Krisis Sampah, Kolaborasi Bersinergi Jadi Harapan

Kawasan Urban 09 Sep 2025 16 kali dibaca
Gambar Artikel Krisis sampah di Pantai. Sumber foto: Canva

LingkariNews–Krisis sampah di Pulau Bali tengah menghadapi babak baru. Imbas penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung, Pemerintah Provinsi Bali mengharapkan adanya upaya kolaboratif yang melibatkan pihak swasta maupun organisasi lingkungan, untuk mengatasi persoalan krisis sampah di Bali.

Urgensi Krisis Sampah di Bali

Setiap memasuki musim hujan, dari Oktober hingga Maret, tumpukan sampah banyak ditemukan di sejumlah area pantai-pantai populer seperti Jimbaran, Kuta, Legian, dan Seminyak. Sampah tersebut didominasi oleh limbah rumah tangga, plastik, serta limbah dari kapal laut yang terbawa ke daratan akibat angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan deras. 

Di sisi lain, kapasitas TPA yang semakin penuh serta pengelolaan yang kurang memadai, turut memperburuk keadaan. Hal ini menyebakan operasional pengelolaan sampah lokal terbebani.

Sampah pun akhirnya dibuang ke saluran air atau lokasi pembuangan ilegal. Ironisnya, pembuangan ilegal tersebut umumnya terletak di beberapa tepi lanskap alam terindah Bali. 

Selain itu, sistem open dumping atau metode pembuangan sampah di lahan terbuka masih banyak diterapkan di Indonesia. Pengelolaan yang kurang tepat seperti pemadatan, penutupan tanah atau pengelohan air lindi, tumpukan sampah di TPA hanya akan bertambah dan memunculkan persoalan baru. 

Di mata dunia, Bali identik dengan pemandangan alam yang indah–air laut yang jernih, hamparan sawah yang luas, serta lebatnya hutan tropis. Namun, ibarat from this to this, pemandangan indah di Bali saat ini, hanya jadi ingatan belaka. 

Inovasi Jadi Harapan, Robot BeBot Diterapkan

Untuk merespons persoalan ini, beberapa jaringan hotel besar menginisiasi penggunaan robot pembersih pantai bernama BeBot. Alat penyapu sampah otomatis senilai Rp1 miliar (US$65.000) ini telah diuji coba di sejumlah resor mewah di Bali. 

BeBot dirancang membersihkan pasir secara menyeluruh tanpa merusak lingkungan. Selain membantu mengatasi persoalan sampah, BeBot dinilai menjadi inovasi ramah lingkungan, karena pengoperasiannya menggunakan tenaga surya. 

Sejauh ini,  BeBot mampu membersihkan area pantai sepanjang 180 meter di Pantai Berawa dan Pantai Perancak dengan durasi kerja rata-rata 2,5 jam per hari.

Menurut Wayan Asrama, Direktur PT Pantai Semara Nusantara (pengelola FINNS Beach Club), sejak pengoperasian BeBot dimulai, pihaknya berhasil mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA dari 80% menjadi 20% berdasarkan audit tahun 2024.

“Tapi itu belum seleai. Target kami, pada akhir tahun 2025, hanya 5% sampah yang masuk ke TPA,” ungkapnya.

Wakil Bupati Badung, I Ketut Alit Sucipta, menyatakan dukungannya terhadap teknologi ini yang nantinya akan menjadi titik referensi penting untuk dipelajari lebih lanjut. Ia menambahkan meskipun robot BeBot belum dapat bekerja secara maksimal, namun ada potensi besar yang dimiliki untuk mengatasi krisis sampah yang melanda.

Inovasi robot pembersih pantai ini dinilai bisa dimanfaatkan dengan kapasitas yang lebih besar, sehingga dapat digunakan oleh setiap desa adat di wilayah pesisir. Ke depannya, penggunaan mesin serupa dengan daya tampung yang lebih tinggi juga diharapkan mampu mengumpulkan jenis-jenis sampah lainnya.

Kolaborasi Jadi Kunci 

Upaya mengatasi krisis sampah Bali tidak hanya mengandalkan inovasi teknologi. Bali juga mengandalkan kolaborasi dengan komunitas dan organisasi lingkungan seperti Mudfish No Plastic dan Sungai Watch. Mereka aktif memerangi tempat pembuangan sampah ilegal, membersihkan sampah plastik di sungai dan pantai, serta membangun sistem daur ulang dan pemanfaatan kembali limbah anorganik. Sejak tahun 2020, Sungai Watch telah mengumpulkan 2,7 jt kg sampah dari sungai. 

Penutupan TPA Suwung turut mendorong inisiatif daur ulang dan pengelolaan limbah langsung di tingkat lokal. Kolaborasi bersinergi antara teknologi, kebijakan pengelolaan sampah yang diatur pemerintah daerah, serta aksi nyata komunitas lingkungan diharapkan mampu menjadi upaya strategis mengatasi permasalahan yang ada.

(NY)

Sumber:

https://nypost.com/2025/08/23/lifestyle/bali-introduces-65k-cleaning-robot-to-fix-dirty-beach-problem