Lima tahun terakhir menjadi periode penuh tantangan sekaligus adaptasi bagi industri gula nasional. Perubahan kebijakan, dinamika pasar global, cuaca, hingga kondisi domestik memberi pengaruh signifikan terhadap laju perkembangannya. Jurnal Gula bulan April 2025 menghadirkan rangkuman menyeluruh mengenai situasi sektor gula hingga Maret 2025.
Selama periode 2020 hingga 2025, luas areal tebu giling di Indonesia secara umum menunjukkan tren peningkatan yang menggembirakan. Namun, keakuratan data ini masih perlu dipertanyakan karena lalu lintas tebu yang berpindah-pindah antar pabrik gula (PG) berpotensi menimbulkan double counting, yaitu lahan yang sama dilaporkan oleh beberapa PG sekaligus.
Selama periode 2020 hingga 2024, luas areal tebu nasional meningkat signifikan dari 420.505 hektar menjadi 520.823 hektar. Itu artinya, luas areal tebu naik rata-rata 5,52% per tahun. Kenaikan tertinggi tercatat di wilayah Jawa, terutama dari sektor BUMN yang tumbuh 7,67%, disusul swasta 7,40%. Peningkatan ini menandai bertambahnya jumlah PG dalam ekosistem industri gula nasional yang mulai beroperasi.
Di luar Jawa, kontribusi swasta tetap dominan, meskipun pertumbuhannya lebih moderat. Hingga Maret 2025, total lahan tebu swasta mencapai 178.574 hektar. Jadi, kenaikan luas lahan tebu dari 2020 hingga Maret 2025 adalah sekitar 20,85%. Sedangkan lahan tebu BUMN mengalami penurunan dari 39.252 hektar di tahun 2020 menjadi 38.982,9 hektar di tahun 2025, atau turun −0,69%.
Secara umum, data ini menunjukkan ekspansi aktif industri gula nasional dalam menjawab kebutuhan nasional. Data lengkap terkait perkembangan luas lahan nasional bisa dilihat dari data berikut:
(Sumber: Jurnal Gula Nusantara Sugar Community Vol. 137; April 2025)
Produksi tebu nasional menunjukkan tren pertumbuhan positif dari 2020 hingga 2024, mencapai 33,2 juta ton atau naik 3,4% dari 29,7 juta ton pada 2020. Kenaikan produksi tertinggi terjadi pada periode 2021-2022, dimana produksi tebu industri gula meningkat 4,1 juta ton. Kenaikan ini dikarenakan ekspansi luas areal dan peningkatan produktivitas tebu per hektar.
Pada tahun 2023, produksi tebu turun drastis sebanyak 5,4 juta ton. Berdasarkan evaluasi, penurunan ini diakibatkan gangguan iklim ekstrim El Niño yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan dan penurunan bobot tebu hingga 20%. Pemulihan produksi kembali terjadi pada 2024 dengan jumlah tebu yang digiling menjadi 33.216.613 ton. Ini dikarenakan kondisi iklim relatif normal dan tambahan luas tanaman baru, khususnya di luar Jawa.
(Sumber: Jurnal Gula Nusantara Sugar Community Vol. 137; April 2025)
Perkembangan rendemen Gula Kristal Putih (GKP) industri gula di Indonesia selama periode 2020 hingga 2024 menunjukkan tren positif meskipun dengan variasi antar wilayah dan kepemilikan pabrik. Secara rata-rata nasional, rendemen GKP meningkat dari 7,17% pada 2020 menjadi 7,42% pada 2024, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata sekitar 1,11%.
Peningkatan ini mencerminkan efisiensi produksi yang membaik, baik pada pabrik BUMN maupun swasta, serta adaptasi teknologi dan pengelolaan bahan baku yang lebih optimal. Data lengkap tentang perkembangan rendemen bisa dilihat disini:
(Sumber: Jurnal Gula Nusantara Sugar Community Vol. 137; April 2025)
Produksi gula nasional menunjukkan tren positif dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, volume produksi Gula Kristal Putih (GKP) industri gula nasional meningkat dari 2.130.719 ton pada tahun 2020 menjadi 2.465.739 ton di tahun 2024, atau tumbuh rata-rata 3,91% per tahun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan produksi di pabrik-pabrik BUMN di Pulau Jawa yang mencatat lonjakan signifikan sebesar 7,55% per tahun.
Sementara itu, sektor swasta secara nasional turut mencatatkan pertumbuhan moderat sebesar 2,68% per tahun. Tahun 2024 menjadi titik produksi tertinggi dalam kurun lima tahun terakhir, menunjukkan perbaikan manajemen areal tanam dan optimalisasi penggilingan yang lebih efisien. Angka ini bahkan mendekati 95% dari target taksasi awal yang ditetapkan.
(Sumber: Jurnal Gula Nusantara Sugar Community Vol. 137; April 2025)
(KP/HP)