LingkariNews–Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, mengungkapkan bahwa fenomena penurunan muka tanah di wilayah pesisir Pulau Jawa merupakan dampak utama dari eksploitasi air tanah yang berlebihan. Dalam keterangannya, ia menegaskan bahwa kegiatan tersebut sudah berada di level yang tidak berkelanjutan dan sangat merusak struktur tanah.
Hanif menyoroti kondisi lingkungan di wilayah hulu seperti Bogor, yang ternyata memiliki pengaruh signifikan terhadap daerah hilir. Menurutnya, permasalahan ini tidak bisa dipisahkan dari aktivitas dan perilaku manusia dalam mengelola sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab.
“Hampir seluruh pesisir Pulau Jawa mengalami penurunan muka tanah 10-15 sentimeter per tahun. Ini fakta nyata yang sudah kita rasakan,” ungkap Hanif usai kegiatan bersih-bersih di Alun-Alun Kota Bogor, pada Jumat (17/10).
Penurunan tanah ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena kecepatannya jauh melampaui laju kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim. Kombinasi keduanya menciptakan risiko serius tenggelamnya kawasan pesisir, terutama kota-kota besar di utara Jawa.
Penyebab Utama: Eksploitasi Air Tanah
Hanif menegaskan bahwa eksploitasi air tanah secara berlebihan telah menjadi pemicu utama amblesnya permukaan tanah di pesisir.
“Kita ingin mengembalikan peradaban sungai karena eksploitasi air tanah sudah berlebihan dan tidak berkelanjutan,” ujar Hanif.
Pengambilan air tanah tanpa kendali membuat struktur tanah kehilangan stabilitas. Pori-pori tanah yang kosong akibat penyedotan air menyebabkan tanah di atasnya runtuh secara perlahan namun pasti.
Dampak Ganda: Penurunan Tanah dan Kenaikan Air Laut
Fenomena ini tidak terjadi secara tunggal. Hanif menyatakan bahwa perubahan iklim juga berperan besar dalam memperparah situasi lingkungan di pesisir.
“Sementara itu, perubahan iklim juga meningkatkan permukaan air laut. Dua fenomena ini, penurunan tanah dan kenaikan air laut memperparah kerusakan di wilayah pesisir,” ungkapnya.
Solusi: Kembalikan Fungsi Sungai dan Sumber Air Permukaan
Untuk mengatasi masalah ini, Hanif mendorong pengembalian fungsi sungai dan penggunaan air permukaan sebagai solusi jangka panjang.
“Maka, mengembalikan budaya sungai menjadi keniscayaan, kewajiban kita bersama,” ujar Menteri Lingkungan Hidup.
Ia juga menekankan pentingnya peran komunitas lokal, terutama di wilayah hulu seperti Bogor, dalam menjaga ekosistem sungai.
“Dengan komunitas yang kuat, kesadaran menjaga sungai bisa tumbuh,” tutup Hanif.
(NY)
Sumber:
https://www.idntimes.com/news/indonesia/eksploitasi-air-tanah-berlebihan-permukaan-tanah-jawa-turun-10-15-cm-00-sk545-nchpqw