LingkariNews—Sektor pertanian pernah menjadi kebanggaan nasional. Indonesia dikenal dunia sebagai negeri agraris yang mandiri dengan keberhasilannya mencapai swasembada beras dan memiliki kekuatan pangan yang kokoh di era 1980-an. Petani menjadi pilar utama dalam menjaga kedaulatan pangan, dan hasil bumi Nusantara diminati pasar internasional.
Setelah melalui pasang surut dan tantangan global, sektor pertanian kini kembali menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Optimisme tumbuh di tengah berbagai capaian yang mulai terlihat, menandai peluang menuju era keemasan baru yang berpotensi melampaui kejayaan sebelumnya.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut bahwa tahun ini menjadi momentum penting bagi kebangkitan pertanian nasional. Berdasarkan data yang dipaparkannya, Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian berhasil tumbuh 10,52 persen pada kuartal I 2025, dan kembali meningkat menjadi 13,83 persen pada kuartal II tahun yang sama. Angka ini menempatkan pertanian sebagai penyumbang tertinggi terhadap PDB nasional, mengungguli sejumlah sektor lain di tengah situasi ekonomi global yang masih berfluktuasi.
Keberhasilan pertanian Indonesia tercermin dari berbagai capaian konkret yang berhasil dicatat sepanjang tahun 2025. Pertama, produksi beras nasional meningkat tajam dari 30 juta ton menjadi 34 juta ton. Lonjakan ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan produksi beras terbesar kedua di dunia. Peningkatan produksi tersebut turut mendorong cadangan beras pemerintah ke level tertinggi dalam sejarah, yakni 4,2 juta ton.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, kondisi ini belum pernah terjadi sebelumnya. “Kita tidak pernah membayangkan gudang-gudang Bulog penuh seperti hari ini. Bahkan Bapak Presiden memerintahkan membuat gudang darurat agar Bulog dapat terus menyerap beras petani,” ujarnya.
Kedua, meningkatnya kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Nilai Tukar Petani (NTP) yang sebelumnya ditetapkan Kementerian Keuangan sebesar 110 persen berhasil dikerek ke angka 124,36 persen. Capaian yang jauh melampaui target menurut Amran menjadi bukti nyata meningkatnya kemakmuran petani. Kondisi ini juga menandai keberhasilan pemerintah menjaga stabilitas harga dan mendorong produktivitas sektor pertanian secara nasional.
Ketiga, terjadinya deflasi beras pada September lalu. Bulan September sebelumnya diprediksi menjadi masa paceklik dengan potensi kenaikan harga beras. Namun yang terjadi justru sebaliknya, harga beras mengalami deflasi sebesar 0,13 persen. Deflasi ini menjadi sinyal positif bagi pengendalian harga pangan. Fenomena tersebut merupakan anomali positif yang baru pertama kali terjadi dalam lima tahun terakhir. Kondisi ini menunjukkan pengelolaan stok beras yang baik serta distribusi yang berjalan efisien di lapangan.
Keberhasilan sektor pertanian dalam merealisasikan berbagai capaian tahun ini tidak lepas dari kebijakan strategis Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong cita-cita swasembada pangan. Mentan Amran menjelaskan, peningkatan kuota pupuk bersubsidi hingga 100 persen, reformasi sistem penyaluran pupuk, serta kenaikan harga gabah menjadi Rp6.500 per kilogram menjadi faktor kunci peningkatan produktivitas nasional. Kebijakan tersebut dinilai memberikan insentif besar bagi petani untuk memperluas lahan tanam dan meningkatkan hasil panen.
Amran secara spesifik menyoroti keberhasilan deregulasi distribusi pupuk yang menjadi langkah penting dalam mempercepat distribusi pupuk. Sebelumnya, proses distribusi pupuk harus melalui 145 regulasi yang rumit dan berlapis. Pemerintah kemudian memangkas hambatan itu menjadi hanya tiga regulasi utama. Penyederhanaan ini memastikan pupuk bersubsidi lebih cepat sampai ke tangan petani tanpa kendala birokrasi.
Tidak lupa, Mentan Amran turut memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam mendukung pertumbuhan sektor pertanian. Ia menegaskan, prestasi tahun ini merupakan hasil kerja nyata antara petani, penyuluh, dan lembaga
pemerintah yang bersinergi dengan baik. “Kita patut bersyukur dan bangga. Saat negara lain menghadapi krisis pangan, Indonesia justru surplus beras tanpa impor. Ini bukti bahwa ketika petani diberi dukungan penuh, hasilnya bisa luar biasa,” ujarnya.
Pemerintah kini terus memacu sektor pertanian untuk mencapai target besar yang telah ditetapkan Presiden Prabowo. Salah satu prioritasnya adalah program hilirisasi komoditas strategis seperti kelapa, kakao, dan lada. Jika program hilirisasi ini terealisasi sempurna, pemerintah memperkirakan potensi devisa dari kelapa saja dapat mencapai Rp1.200 triliun per tahun. Langkah ini diyakini menjadi strategi jangka panjang untuk membawa pertanian Indonesia naik kelas dan berdaya saing di tingkat global.
(KP/NY)