LingkariNews– Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kembali memuntahkan awan panas guguran sejauh 2,5 kilometer ke arah Kali Boyong pada hari Kamis (2/10).
Menurut Agus Budi Santoso, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) di Yogyakarta, awan panas tersebut tercatat terjadi pada pukul 05.29 WIB.
Ia menjelaskan, berdasarkan data dari alat seismograf, luncuran awan panas ini berlangsung selama 225 detik dengan amplitudo mencapai 59 mm.
Dalam rentang waktu pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, tercatat terjadi tujuh kali guguran lava Merapi yang mengarah ke barat daya, yaitu ke Kali Sat/Putih dan Krasak, dengan jarak luncur maksimal sekitar 1.800 meter.
Selanjutnya, tercatat 31 kali gempa Hybrid atau Fase Banyak, dengan amplitudo berkisar antara 2 hingga 20 mm. parameter S-P tidak terdektsi, dan durasi gempa berlangsung antara 9,22 hingga 66,03 detik.
Dalam pengamatan visual Gunung Merapi pada Kamis (2/10), kondisi gunung terlihat tertutup kabut dengan intensitas skala 0 hingga II. Cuaca di sekitar kawasan tersebut berawan hingga mendung, sementara angin bertiup tenang ke arah barat daya. Meskipun sebelumnya terjadi guguran awan panas, tidak teramati adanya asap yang keluar dari kawah selama periode pengamatan.
Perubahan Morfologi Kubah Lava dan Aktivitas Guguran
Mengacu pada laporan hasil pemantauan visual aktivitas Merapi selama periode 19-25 September 2025, BPPTKG melaporkan adanya sedikit perubahan pada morfologi kubah lava di sisi barat daya akibat guguran dan perubahan volume kubah tersebut.
Sementara itu, kubah lava di bagian tengah tidak menunjukkan adanya perubahan bentuk.
Dari hasil pengambilan gambar udara pada 25 September, tercatat bahwa volume kubah lava barat daya mencapai 4.179.000 meter kubik, sedangkan kubah lava tengah memiliki volume sekitar 2.368.800 meter kubik.
Status Siaga Tetap Diberlakukan, Warga Diminta Waspada
Hingga kini, BPPTKG masih menetapkan status aktivitas Gunung Merapi pada Level III atau Siaga. Status ini diberikan pada gunung api yang mengalami erupsi atau berpotensi menimbulkan bencana, seperti adanya peningkatan signifikan pada aktivitas kegempaan.
Dalam kondisi Siaga, otoritas terkait akan melakukan berbagai langkah mitigasi, termasuk sosialisasi kepada masyarakat di wilayah rawan bencana, penyediaan sarana darurat, koordinasi intensif secara harian, serta penempatan petugas piket secara penuh untuk mengantisipasi kemungkinan buruk.
Potensi dampak dari aktivitas guguran lava maupun awan panas diperkirakan dapat menjangkau wilayah selatan hingga barat daya, meliputi Sungai Boyong (maksimal 5 km), serta Sungai Bedog, Krasak, dan Bebeng (hingga 7 km).
Sementara itu, di sektor tenggara, potensi bahaya mencakup Sungai Woro sejauh 3 km dan Sungai Gendol sejauh 5 km. Jika terjadi letusan eksplosif, material vulkanik bisa terlontar hingga radius 3 kilometer dari puncak.
Oleh karena itu, saat ini masyarakat diimbau untuk tidak berkegiatan di zona potensi bahaya. Masyarakat diimbau tetap waspada akan bahaya lahar dan awan panas guguran, terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Merapi.
(NY)