Pemaparan konsep inovasi pertanian berbasis AI dan Fotonika oleh BRIN | Sumber foto: BRIN
LingkariNews–Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kini tengah mengembangkan inovasi pertanian berbasis AI guna percepatan transisi pertanian nasional. Inovasi yang menggabungkan teknologi fotonika dan AI tersebut juga dilengkapi dengan sistem sensor, Internet of Things (Iot), AI, big data, otomatisasi, serta blockchain.
Menurut Peneliti Ahli Utama Riset Fotonika BRIN, Sensus Wijonarko, inovasi tersebut sejalan dengan visi pertanian yang mengedepankan keberlanjutan dan efektivitas. “Pertanian presisi adalah bagian dari pertanian cerdas yang memanfaatkan data dan teknologi untuk manajemen lahan, air, serta nutrisi tanaman secara optimal,” pungkasnya melalui laman resmi BRIN, Rabu (12/11).
Efisiensi Pertanian Berkelanjutan Jadi Tujuan
Dalam praktiknya, BRIN mengembangkan teknologi fotonika sebagai alat untuk mendeteksi kandungan racun pada kentang dan pengukur kecerahan kapulaga. Wijonarko mengatakan, apabila elektronika memanfaatkan aliran elektron, maka fotonika menggunakan cahaya untuk berbagai aplikasi, mulai dari mengontrol proses perendaman lada, mengukur kekerasan biji, hingga melakukan deteksi visual seperti pengukuran jarak dengan laser (laser distance measurement).
Kendati demikian, Wijonarko berharap inovasi dan pemanfaatan teknologi ini dapat membantu petani modern dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian serta menjaga stabilitas sektor pangan. “Kami ingin pertanian Indonesia bergerak ke arah yang lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan, tanpa meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal,” ungkapnya.
Penelitian Terdahulu Jadi Acuan Hadapi Tantangan Inovasi
Edi Kurniawan, Peneliti Ahli Utama Pusat Fotonika BRIN, menjelaskan bahwa akal imitasi meniru cara manusia berpikir untuk membentuk persepsi dan pengambilan keputusan. Menurutnya, kecerdasan buatan (AI) merupakan konsep besar yang mencakup machine learning dan deep learning, yang memungkinkan komputer mengenal pola serta mengklasifikan data dengan tingkat akurasi tinggi.
Salah satu penelitian BRIN yang memanfaatkan deep learning adalah klasifikasi spesies pada daun mangrove asal Bali, dengan sekitar 5.500 gambar sebagai data pelatihan. Studi tersebut menghasilkan publikasi ilmiah, hak cipta, serta dataset terbuka di repositori BRIN.
Selain itu, BRIN juga melakukan riset untuk mendeteksi enam jenis penyakit pada tanaman padi melalui citra daun, dengan lebih dari 2.600 gambar–termasuk citra di lapangan–untuk mengidentifikasi lokasi dan tipe penyakit. Sebelumnya, peneliti BRIN juga tengah menggunakan AI untuk mengelompokkan biji kopi berdasarkan standar Specialty Coffee Asscociation of America (SCAA) maupun standar nasional SNI 01-2907-2008.
Oleh karena itu, Edi Kurniawan optimis bahwa AI dapat berpotensi besar mendukung efisiensi pertanian, mulai dari pra-panen hingga pasca-panen. Namun, tantangan inovasi dan praktiknya bergantung pada ketersediaan data set yang representatif.
(NY)
Sumber
https://www.brin.go.id/news/125622/brin-dorong-pertanian-cerdas-berbasis-ai-dan-teknologi-fotonika